KADANG, KISAH CINTA MEMANG TAK HANYA MILIK DUA ORANG
“Mencintai jadi begitu menakutkan jika kamu adalah orang ketiga dalam suatu hubungan”
Aku bahkan tak mengerti bagaimana statusku dengan dia. Dia dengan istrinya dan aku juga bersamanya. Aku tak peduli bagaimana mempersepsikan statusku, sebagai simpanan atau bahkan sebagai penghancur hubungan orang, tapi toh tidak separah itu. Aku tak menuntut banyak hal darinya, kami saling mencintai dan pentingkah status? Aku rasa tidak.
Lupakan makan malam romantis, berbagi coklat manis, atau bahkan tanganmu menghapus air mataku saat menangis. Aku hanya kau temui secara sembunyi-sembunyi, saat kau meninggalkan pekerjaanmu hanya untukku atau saat kau tidak bersama dengan istrimu. Dalam waktu yang sangat singkat itu, aku berharap bisa terus menahanmu, karena aku benci selalu jadi prioritas kedua, karena aku benci harus kehilangan kamu saat aku benar-benar membutuhkanmu.
Ada saat-saat dalam hidupku, saat aku tetap meyakini bahwa ini hanya sementara. Aku masih meyakini suatu saat aku akan menjadi satu-satunya untuk selamanya dalam hidupmu, kamu akan menangis memelukku saat aku mengenakan gaun pengantin, kamu akan menjadi satu-satunya orang yang aku lihat saat aku terbangun dari mimpi, kita akan bahagia. Aku masih menyakini bahwa aku tidak selamanya jadi yang kedua, aku tidak selamanya akan terus kau sembunyikan.
Aku masih sibuk merancang mimpi indah untuk hubungan kita, walaupun kutahu kau tak pernah menghabiskan waktumu hanya untuk memikirkan akhir dari hubungan kita. Aku benci saat-saat kau menghancurkan mimpiku dengan mengatakan bahwa kau tak mungkin meninggalkan istrimu dan juga takkan mungkin meninggalkanku. Aku benci harus menata ulang mimpi itu dari awal tanpa kau meminjamkan pundakmu saat aku menangis. Lalu untuk apa kata cinta itu kau perdengarkan, jika kau tak bisa menjadikanku satu-satunya wanita yang kau cintai? Jika kau hanya bisa menyembunyikanku dari sorotan dunia? Jika kau hanya menutup-nutupi cerita kita dari istrimu?
Kita sering berkhayal dan bermimpi, khayalan yang akan membuat aku dan kamu tertawa lepas, berbagi tawa dan bahagia dalam sebuah ketakutan bahwa hubungan rahasia ini akan diketahui oleh seseorang selain kita berdua.
Selama ini, saat aku bersamamu, aku lupa apa arti cinta. Perasaanku mati untuk merasakan bahagia. Aku terbiasa dengan perasaan sakit yang kubuat sendiri, aku terbiasa dengan kelakuanmu yang kadang tak menganggapku ada. Kamu terlanjur membuatku percaya, bahwa cinta adalah kesabaran menjadi orang ketiga. Aku terlalu lama menyiksa diriku sendiri, hanya untuk mengharapkanmu, kamu yang tak pernah menganggap perasaanku ada dan nyata. Aku juga ingin bahagia, seperti kamu dan istrimu. Aku ingin bahagia, tanpa harus bersembunyi dan dikejar rasa ketakutan.
Aku ingin bahagia. Dan jika bahagia berarti melupakanmu, akan terus aku coba untuk melakukannya. Aku percaya bahwa sesuatu yang dipersatukan oleh Tuhan tidak dapat dipisahkan oleh manusia. Aku percaya bahwa hubungan yang telah ditakdirkan oleh Tuhan tidak dapat dinodai oleh manusia. Aku ingin mengakhiri semua dosa ini. Jadi, biarkan aku jatuh cinta pada seseorang selain kamu, yang akan mengutamakanku dalam berbagai hal, yang tidak akan menyembunyikanku dari sorotan mata dunia, dan yang akan memayungiku saat hujan mencoba menggelitik manja tubuhku. Jika bahagia berarti melupakan bayangmu yang terhisap kangen tadi malam, akan aku lakukan.
Istrimu berhak mendapatkan kesetiaanmu, dia tentu bukan wanita yang kau nikahi dalam ketergesa-gesaan. Cintailah dia seperti pertama kali cinta itu ada dan menggetarkan hatimu dengan luar biasa. Percayalah, aku akan menemukan bahagia. Kita akan bahagia dalam jalan kita masing-masing, tanpa harus menyakiti pihak lain, tanpa harus menyangkal Tuhan yang menyebabkan cinta itu ada.
Aku bahkan tak mengerti bagaimana statusku dengan dia. Dia dengan istrinya dan aku juga bersamanya. Aku tak peduli bagaimana mempersepsikan statusku, sebagai simpanan atau bahkan sebagai penghancur hubungan orang, tapi toh tidak separah itu. Aku tak menuntut banyak hal darinya, kami saling mencintai dan pentingkah status? Aku rasa tidak.
Lupakan makan malam romantis, berbagi coklat manis, atau bahkan tanganmu menghapus air mataku saat menangis. Aku hanya kau temui secara sembunyi-sembunyi, saat kau meninggalkan pekerjaanmu hanya untukku atau saat kau tidak bersama dengan istrimu. Dalam waktu yang sangat singkat itu, aku berharap bisa terus menahanmu, karena aku benci selalu jadi prioritas kedua, karena aku benci harus kehilangan kamu saat aku benar-benar membutuhkanmu.
Ada saat-saat dalam hidupku, saat aku tetap meyakini bahwa ini hanya sementara. Aku masih meyakini suatu saat aku akan menjadi satu-satunya untuk selamanya dalam hidupmu, kamu akan menangis memelukku saat aku mengenakan gaun pengantin, kamu akan menjadi satu-satunya orang yang aku lihat saat aku terbangun dari mimpi, kita akan bahagia. Aku masih menyakini bahwa aku tidak selamanya jadi yang kedua, aku tidak selamanya akan terus kau sembunyikan.
Aku masih sibuk merancang mimpi indah untuk hubungan kita, walaupun kutahu kau tak pernah menghabiskan waktumu hanya untuk memikirkan akhir dari hubungan kita. Aku benci saat-saat kau menghancurkan mimpiku dengan mengatakan bahwa kau tak mungkin meninggalkan istrimu dan juga takkan mungkin meninggalkanku. Aku benci harus menata ulang mimpi itu dari awal tanpa kau meminjamkan pundakmu saat aku menangis. Lalu untuk apa kata cinta itu kau perdengarkan, jika kau tak bisa menjadikanku satu-satunya wanita yang kau cintai? Jika kau hanya bisa menyembunyikanku dari sorotan dunia? Jika kau hanya menutup-nutupi cerita kita dari istrimu?
Kita sering berkhayal dan bermimpi, khayalan yang akan membuat aku dan kamu tertawa lepas, berbagi tawa dan bahagia dalam sebuah ketakutan bahwa hubungan rahasia ini akan diketahui oleh seseorang selain kita berdua.
Selama ini, saat aku bersamamu, aku lupa apa arti cinta. Perasaanku mati untuk merasakan bahagia. Aku terbiasa dengan perasaan sakit yang kubuat sendiri, aku terbiasa dengan kelakuanmu yang kadang tak menganggapku ada. Kamu terlanjur membuatku percaya, bahwa cinta adalah kesabaran menjadi orang ketiga. Aku terlalu lama menyiksa diriku sendiri, hanya untuk mengharapkanmu, kamu yang tak pernah menganggap perasaanku ada dan nyata. Aku juga ingin bahagia, seperti kamu dan istrimu. Aku ingin bahagia, tanpa harus bersembunyi dan dikejar rasa ketakutan.
Aku ingin bahagia. Dan jika bahagia berarti melupakanmu, akan terus aku coba untuk melakukannya. Aku percaya bahwa sesuatu yang dipersatukan oleh Tuhan tidak dapat dipisahkan oleh manusia. Aku percaya bahwa hubungan yang telah ditakdirkan oleh Tuhan tidak dapat dinodai oleh manusia. Aku ingin mengakhiri semua dosa ini. Jadi, biarkan aku jatuh cinta pada seseorang selain kamu, yang akan mengutamakanku dalam berbagai hal, yang tidak akan menyembunyikanku dari sorotan mata dunia, dan yang akan memayungiku saat hujan mencoba menggelitik manja tubuhku. Jika bahagia berarti melupakan bayangmu yang terhisap kangen tadi malam, akan aku lakukan.
Istrimu berhak mendapatkan kesetiaanmu, dia tentu bukan wanita yang kau nikahi dalam ketergesa-gesaan. Cintailah dia seperti pertama kali cinta itu ada dan menggetarkan hatimu dengan luar biasa. Percayalah, aku akan menemukan bahagia. Kita akan bahagia dalam jalan kita masing-masing, tanpa harus menyakiti pihak lain, tanpa harus menyangkal Tuhan yang menyebabkan cinta itu ada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar